Senin, 28 Januari 2013

Sistem Pengapian


Sistem Pengapian

PRINSIP KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Berikut akan dijelaskan mengenai prinsip kerja sistem pengapian konvensional.
Prinsip kerja sistem pengapian konvensional ada dua kondisi yaitu kondisi saat kunci kontak ON platina menutup dan Aliran arus listrik pada saat platina membuka.
1)  Pada saat kunci kontak ON, Platina menutup
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYohAFQ2hgZiEdcu6jFB9kQF8WihjQ28o1avQjK-rTzB6x_-D7WPPLc0RVJUTJ5GNypoMiuMx8uvFEYHADrZndWX0aDOOuiwsnyGQZjwBae_3dKUWP3yC2fBx5b3XTZ3uTYIerupAt5E/s1600/Prinsip+pengapian+saat+kunci+kontak+ON+platina+menutup.PNG
Aliran Arus Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
2) Saat platina membuka
http://qtussama.files.wordpress.com/2012/02/prinsip-kerja-sistem-pengapian-saat-platina-terbuka.png?w=488&h=291Aliran Arus Saat Platina terbuka
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
 KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL PADA MOBIL
Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen. Berikut akan dijelaskan apa saja komponen sistem pengapian beserta dengan fungsi masing-masing komponen sistem pengapian.
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik.

2.Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih terminal.
Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+) koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio, tape dan lain-lainnya.

2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
 http://qtussama.files.wordpress.com/2012/02/hubungan-terminal-kunci-kontak.png?w=530Hubungan terminal Pada Kunci Kontak 
2. Koil Pengapian
Koil pengapian berfungsi sebagai step up trafo, yaitu menaikan tegangan dari tegangan baterai 12 Volt menjadi tegangan tinggi lebih dari 15.000 Volt. Koil pengapian terdiri dari: inti besi lunak, primer koil, sekunder koil, rumah koil dan terminal koil.
http://qtussama.files.wordpress.com/2012/02/konstruksi-koil-pengapian.png?w=530Konstruksi Koil Pengapian
3. Distributor
Distributor berfungsi untuk mendistribusikan induksi tegangan tinggi sekunder koil ke busi sesuai dengan urutan pengapian motor atau FO (firing order).
Distributor merupakan tempat sebagian besar sistem pengapian. Komponen yang ada pada distributor antara lain: platina (kontak breaker), kondensor, nok kontak pemutus arus, centrifugal advancer, vacum advancer, rotor distributor dan tutup distributor.



MERAWAT SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Agar kinerja sistem pengapian selalu dalam kondisi baik maka sistem ini perlu dirawat dengan baik. Perawatan sistem pengapian dengan cara membersihkan, melumasi dan menyetel komponen atau mesin.
http://qtussama.files.wordpress.com/2012/02/sistem-pengapian-konvensional1.png?w=530
Sistem Pengapian Konvensional
Komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada tutup distributor. Bagian tersebut diatas perlu diperiksa dan dibersihkan kotorannya menggunakan amplas.
Bagian sistem pengapian yang perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal Advancer.
Penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.
Bagi pemilik kendaraan perawatan dapat dilakukan sendiri dengan alat yang terdapat pada kelengkapan kendaraan, alat dan bahan yang diperlukan, yaitu:
o    Bahan : Grease (pelumas); amplas.
o    Alat : Kunci busi; kunci ring nomor 10, 12, 19; obeng (+); obeng (-); feeler gauge; lampu 12 volt dengan dua kabel; multimeter.
Selain alat diatas pada bengkel yang baik menggunakan beberapa alat, diantaranya:
o    Spark plug cleaner and tester, merupakan alat untuk membersihkan dan memeriksa busi.
o    Spark plug gauge, untuk mengukur dan menyetel celah busi.
o    Tune up tester, untuk mengukur putaran dan sudut dweel.
o    Timing tester, untuk mengetahui saat pengapian.
o    Condensor tester, berfungsi untuk memeriksa kapasitas kondensor.
1.      Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian sistem pengapian.
2.      Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi.
3.      Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi.
4.      Memeriksa, membersihkan rotor dan tutup distributor.
5.      Memeriksa nok, centrifugal advancer dan vacum advancer.
6.      Memeriksa koil pengapian.
7.      Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina atau menyetel sudut dwell.

JENIS-JENIS GANGGUAN PADA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat.
Gangguan sistem pengapian konvensional pada motor bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain.
Berikut akan diuraikan mengenai gejala dari gangguan pada sistem pengapian konvensional beserta dengan kemungkinan penyebab dan cara mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem pengapian konvensional.
No.
GEJALA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
CARA MENGATASI
1
Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan api di busi)
Busi mati atau deposit berlebihan.
Ganti busi atau bersihkan.
Kabel tegangan tinggi bocor berlebihan.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Rotor tidak terpasang.
Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Bersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka terus.
Ganti koil
Ganti kondensator
Konektor kabel lepas
Pasang konektor kabel yang lepas
Kabel putus
Ganti atau perbaiki kabel yang putus
Kontak rusak
Ganti kontak
2
Mesin sulit hidup (percikan api dibusi kecil)
Deposit (penumpukan kerak) dibusi berlebihan.
Bersihkan atau ganti busi.
Kabel tegangan tinggi bocor.
Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor.
Bersihkan terminal ditutup distributor.
Karbon ditutup distributor hilang.
Pasang karbon atau ganti tutup distributor.
Tutup distributor retak.
Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar.
Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor.
Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat.
Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat.
Saat setel pengapian
Koil rusak.
Ganti koil.
Kondensor rusak.
Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor.
Bersihkan terminal konektor kabel.
3
Terjadi ledakan di knalpot
Busi kotor.
Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor.
Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur.
Stel saat pengapian.

No.
GEJALA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
CARA MENGATASI
4
Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas dilepas
Kerja vacum advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme vacum advancer.
5
Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas ditekan
Kerja centrifugal advancer kurang sempurna.
Perbaiki mekanisme centrifugal advancer.
6
Busi cepat kotor
Pemakaian busi yang tidak tepat
Ganti busi dengan tingkat panas yang tepat.
Platina kotor.
Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat.
Stel saat pengapian.
7
Elektroda busi meleleh
Pemakaian tingkat busi yang terlalu panas.
Ganti busi dengan tingkat panas busi yang lebih dingin.

Posisi Platina
Hasil Pengukuran
Keterangan
Membuka
12 volt
Baik
0 volt
Platina hubung singkat
Kabel platina hubung singkat
Tidak ada arus ke koil pengapian
Menutup
0 volt
Baik
12 volt
Kontak platina terganjal kotoran
Kabel ke platina putus

Sistem Rem


SISTEM REM

Sistem rem berfungsi untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta memberikan kemungkinan
dapat memparkir kendaraan di tempat yang menurun.

http://otomotif.web.id/image/3.33.jpg
sistcm rem hidrolik,
dasar kerja pengereman
Rem bekerja dengan dasar
pemanfaatan gaya gesek
http://otomotif.web.id/image/3.34.jpg
Tanaga gerak putaran
roda diubah oleh proses gesekan menjadi tenaga panas dan tenaga panas itu segera dibuang ke udara luar.

Pengereman pada roda dilakukan dengan cara menekan
sepatu rem yang tidak berputar
terhadap tromol (brake drum)
yang berputar bersama roda sehingga menghasilkan gesekan
http://otomotif.web.id/image/3.35.jpg
Tenaga gerak kendaraan akan dilawan oleh tenaga
gesek ini sehingga kendaraan dapat berhenti.

Macam-macam rem
Menurut penggunaannya rem mobil dapat dikelompokkan segai berikut :
a)Rem kaki, digunakan untuk mengontrol kecepatan dan menghentikan kendaraan. Menurut mekanismenya rem kaki dibedakan lagi menjadi :
Rem hidrolik
Rem pneumatik
b) Rem parkir digunakan terutama untuk memarkir kendaraan.
c) Rem pembantu, digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang
 digunakan pada truk dan kendaraan berat.

Rem hidrolik
Rem hidrolik paling banyak digunakan pada mobil-mobil penumpang dan truk ringan. Mekanisme kerja dan bagian-bagian dari rem ini
ditunjukkan pada
http://otomotif.web.id/image/3.36.jpg
 Ini merupakan penggambaran secara
sederhana dari yang ditunjukkan pada gambar 3.33 di muka.

Master silinder
Master silinder berfungsi meneruskan tekanan dari pedal menjadi tekanan hidrolik minyak rem untuk menggerakkan sepatu rem (pada model rem tromol) atau menekan pada rem (pada model rem piringan).

http://otomotif.web.id/image/3.37.jpg
Cara kerja master silinder
Bila pedal rem ditekan, batang piston akan mengatasi tekanan
pegas pembalik (return piston) dan piston digerakkan ke depan. Pada
waktu piston cup berada di ujung torak, compresating port akan
tertutup. Bila piston maju lebih jauh lagi, tekanan minyak rem di dalam silinder akan bertambah dan mengatasi tegangan pegas outlet
untuk membuka katup

http://otomotif.web.id/image/3.38.jpgBila pedal rem dibebaskan, maka piston akan mundur ke
belakang pada posisinya semula (sedikit di dekat inlet port) karena
adanya desakan pegas pembalik. Dalam waktu yang bersamaan katup
outlet tertutup. Ketika piston kembali, piston cup mengerut dan
mungkinkan minyak rem yang ada "di sekeliling piston cup dapat
mengalir dengan cepat di sekeliling bagian luar cup masuk ke sillnder,
hingga silinder selalu terisi penuh oleh minyak rem. Sementara itu
tegangan pegas-pegas sepatu rem atau pad rem pada roda bekerja
membalikan tekanan pada minyak rem yang berada pada pipa-pipa
untuk masuk kembali ke master silinder
Boster rem
Boster rem termasuk alat tambahan pada sistem rem yang berfungsi melipatgandakan tenaga penekanan pedal. Rem yang dilengkapi dengan boster rem disebut rem servo (servo brake).

Boster rem
ada yang dipasang menjadi satu dengan master silinder, tetapi ada
juga yang dipasang terpisah.
http://otomotif.web.id/image/3.39.jpg
memperlihatkan salah satu model boster rem yang menggunakan kevacuman mesin untuk menambah tekanan hidrolik.
Cara kerja boster rem

Bila pedal rem ditekan maka tekanan silinder hidrolik membuka
sebuah katup, sehingga bagian belakang piston mengarah ke luar
Adanya perbedaan tekan antara bagian depan dan belakang piston
mengaklbatkan torak terdorong ke dapan
(lihat
http://otomotif.web.id/image/3.40.jpg
Bagian depan piston yang menghasilkan tekanan yang tinggi ini dihubungkan 
dengan torak pada master silinder.
Bila pedal dibebaskan, katup udara akan menutup dan ber
hubungan lagi dengan intake manifold. Dengan terjadinya kevacum
yang sama pada kedua sisi piston, tegangan pegas pembalik mendesak
piston ke posisi semula. 

Katup pengimbang
Bila mobil mendadak direm maka sebagian besar kendaraan bertumpu pada roda depan. Oleh karena itu, pengereman roda depan harus Iebih besar karena beban di depan lebih besar daripada di belakang
Dengan alasan tersebut diperlukan alat pembagi tenaga pengereman yang disebut katup pengimbang (katup proporsional). Alat ini
bekerja secara otomatis menurunkan tekanan hidrolik pada silinder
roda belakang, dengan demikian daya pengereman roda belakang lebih
kecil daripada daya pengereman roda depan.


http://otomotif.web.id/image/3.41.jpgmodel katup pengimbang
penempatan alat ini dalam sistem rem pada gambar 3.33 di atas).
 
Rem model tromol
Pada rem model tromol, kekuatan tenaga pengereman diperlukan
dari sepatu rem yang diam menekan permukaan tromol bagian dalam
yang berputar bersama-sama roda. Bagian bagian utama dari rem tromol
ini ditunjukkan

http://otomotif.web.id/image/3.42.jpg
yaitu backing plate, silinder roda, sepatu
rem dan kanvas, tromol, dan mekanisme penyetelan sepatu rem.

1) Backing plate
Backing plate
http://otomotif.web.id/image/3.43.jpg
dibaut pada rumah poros (axel housing) bagian belakang. Karena sepatu rem terkait pada backing plate maka aksi daya pemgereman bertumpu pada backing plate:.
Silinder roda
Silinder roda yang terdiri atas bodi dan piston, berfungsi untuk
dorong sepatu rem ke tromol dengan adanya tekanan hidrolik dari master silindcr. Satu atau dua silinder roda digunakan pada tiap unit rem
(tergantung dari modelnya). Ada dua macam silinder roda, yaitu:
a) Model double piston, yang bekerja pada sepatu rem dari kedua
arah

b) Model single piston, yang bekerja pada sepatu rem hanya satu
arah
Sepatu rem dan kanvas
Kanvas terpasang pada sepatu rem dengan rem dikeling (untuk
kendaraan besar) atau dilem (untuk kandaraan kecil). Lihat
http://otomotif.web.id/image/3.45.jpg


4) Tromol rem.
Tromol rem yang berputar bersama roda Ietaknya sangat dekat
dengan kanvas. Tetapi saat pedal rem tidak diinjak, keduanya tidak saling bersentuhan.
http://otomotif.web.id/image/3.46.jpg
memperlihatkan salah satu tipe tromol
rem yang disebut tipe leading-trailling shoe. Pada tromol rem tipe ini
bagian ujung bawah sepatu rem diikat oleh pin-pin dan bagian atas sepatu berhubungan dengan silinder roda. Silinder roda bertugas mendorong sepatu-sepatu ke arah luar seperti ditunjukkan tanda panah.

Bila tromol rem berputar ke arah depan dan pedal rem diinjak,
sepatu rem akan mengembang keluar dan bersentuhan (bergesekan)
dengan tromol rem. Sepatu rem sebelah kiri (primary shoe) terseret
searah dengan arah putaran tromol, sepatu bagian kiri ini disebut
leading shoe.

Sebaliknya sepatu rem sebelah kanan (secondari shoe) bekerja mengurangi gaya dorong pada sepatu rem, disebut sebagai
trailling shoe. Bila tromol berputar ke arah belakang (kendaraan
mundur), leading shoe berubah menjadi trailling shoe dan trailling
shoe menjadi leading shoe. Tetapi pada saat maju maupun mundur
keduanya tetap menekan dengan gaya pengereman sama. .
e. Rem model cakram
Rem cakram (disk brake) pada dasarnya terdiri atas cakram yang
dapat berputar bersama-sama roda dan pada (bahan gesek) yang dapat menjepit cakram. Pengereman terjadi karena adanya gaya gesek dari pad-pad pada kedua sisi dari cakram dengan adanya tekanan dari piston-piston hidrolik. Prinsip kerja rem model cakram ini ditujukkan secara skema pada
http://otomotif.web.id/image/3.47.jpg
dan contoh konstruksinya diperlihakan pada
http://otomotif.web.id/image/3.48.jpg